Selasa, 28 Mei 2013

Hubungan Pengemasan Terhadap Pencemaran Lingkungan



Pengemasan
Pengemasan memegang peranan penting pada proses produksi dan perdagangan hasil pertanian maupun produk agroindustri. Pengemasan selain untuk melindungi bahan atau barang (produk) yang dikemas, juga untuk memberi penampakan yang lebih menarik, sehingga memikat calon pembeli. Kemasan juga merupakan satu kesatuan, seperti satu keranjang, satu peti, satu bungkus, atau satu pak. Masing-masing memiliki bobot dan ukuran sendiri bergantung pada jenis bahan/produk dan tujuan pengemasannnya. Ada kemasan besar seperti peti dan keranjang. Ada pula kemasan kecil seperti bungkus dan pak. Pengemasan hasil pertanian ditujukan untuk membantu mencegah atau mengurangi kerusakan selama penanganan, pengangkutan dan penyimpanan. Disamping itu dapat pula untuk mencegah atau mengurangi serangan mikroba dan serangga dengan menjaga tetap bersih. Kemasan juga dimaksukan untuk melindungi bahan/barang dari kemungkinan kerusakan fisik dan mekanis (memar, lecet, pecah, belah, penyok, rusak oleh cahaya, dll).
Hampir seluruh kegiatan yang dilakukan manusia tidak luput dari menghasilkan bekas atau sisa kegiatan atau dengan kata lain adalah sampah. Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.      Kerusakan lingkungan hidup akibat peristiwa alam seperti: letusan gunung berapi,
gempa bumi, angin puting beliung.
2.      Kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia

Selain itu, setiap rumah tangga dan anggota keluarga dapat melakukan banyak hal kecil tetapi berarti bagi lingkungan, diantaranya adalah:
·         Saat berbelanja, biasakan membawa tas belanja sendiri agar tidak memerlukan tas plastik lagi.
·         Saat hajatan, arisan, jamuan atau kumpul keluarga usahakan untuk tidak menggunakan plastik/Styrofoam/kardus untuk menempatkan makanan dan minuman. Gunakanlah gelas, piring atau cangkir yang dapat dipakai berulangkali, dan jika mungkin gunakan daun untuk membungkus kue. Makan dengan cara prasmanan lebih cocok. Atau pakailah piring dari anyaman lidi daun lontar yang diberi alas kertas atau daun, sehinga dapat dipakai berulang kali.
·         Saat di kantor, hematlah kertas, dengan membiasakan memakai kertas atau fotokopi secara bolak balik. Dengan menghemat kertas, berarti kita membantu mengurangi jumlah pohon yang harus ditebang. Saat kenaikan kelas, buku-buku lama yang tidak diminati dapat diserahkan ke perpustakaan. Buku petunjuk telepon lama dapat diberikan kepada tukang sayur untuk membungkus dagangannya.
·         Kumpulkan sisa halaman dari buku tulis yang masih bersih, beri lubang, ikat dan beri sampul sehingga menjadi buku tulis yang baru.


Jenis Sampah dan Lama Hancur

Jenis Sampah
Lama Hancur
Kertas
2-5 bulan
Kulit Jeruk
6 bulan
Dus Karton
5 bulan
Filter Rokok
10-12 tahun
Kantong Plastik
10-20 tahun
Kulit Sepatu
25-40 tahun
Pakaian/Nylon
30-40 tahun
Plastik
50-80 tahun
Alumunium
80-100 tahun
Styrofoam
Tidak hancur

Sumber: Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat : Jakarta–Environmental Services Delivery Desain.


Pengemasan dan lingkungan hidup

Masalah lingkungan hidup muncul sebagai akibat perbaikan kualitas hidup dan sikap laku manusia. Karena itu adanya perhatian terhadap lingkungan hidup harus diartikan secara positif yaitu sebagai kemajuan pembangunan ekonomi. Lingkungan alam di sekeliling manusia selain sebagai tantangan juga merupakan sumber bahan-bahan yarig diperlukan untuk kehidupan. Oleh karena itu manusia dalam mempertahan kan kehidupannya di dunia ini berinteraksi dengan berbagai macam makhluk yang ada di lingkungan kehidupannya. Saling pengaruh-mempengaruhi antara masyarakat makhluk hidup dengan lingkungannya yang tidak hidup disebut suatu ekosistem. Interaksi yang tidak seimbang sebagai dampak kemajuan teknologi yang pesat akan merusak ekosistem yang pada gilirannya dapat menjadi bumerang bagi kehidupan manusia. Isu kelestarian lingkungan hidup yang berkaitan dengan pengemasan dapat dipandang dari dua segi: (1) bahan baku untuk kemasan, dan ( 2 ) limbah kemasan.

a.       Bahan Baku Kemasan
Problematika pengemasan yang dipersoalkan dalam hal penyediaan bahan baku, yaitu terutama kemasan kertas, karton dan kemasan kayu. Kertas seperti yang kita kenal saat ini dibuat pertama kali di L e i Yang, Cina pada tahun 105. Proses pembuatan kertas ditemukan oleh Ts'ai Lun, seorang pen gawal istana Ho Ti. Pada tahun 751, orang-orang muslim yang menguasai sebuah pabrik kertas Cina di Samarkand membawa rahasia pembuatan kertas ke Spanyol sekitar tahun 950, mulai menerbitkan buku pada tahun 1450, dan menerbitkan surat kabar secara teratur tahun 1609. Kardus dari karton beralur atau karton bergelombang pada mulanya digunakan untuk bebijian. Pada akhir perang dunia yang pertama, dari kotak-kotak yang beredar, 20 persen adalah kotak karton dan 80 persen kotak kayu. Tapi pada akhir perang dunia kedua keadaannya terbalik karena penggunaan kotak karton meningkat menjadi 80 persen. Pada umumnya kertas dibuat dari selulosa kayu atau merang padi. Kayu yang digunakan yaitu kayu lunak atau kayu keras. Pengambilan kayu dari hutan, bertambah kurang dari satu persen setahun, sedangkan d i negara berkenbang pemanenan kayu bertambah rata-rata 4 persen per tahun, Untuk keperluan industri produk kayu, termasuk industri pengemasan, mengkonsumsi 41 persen dari persediaan kayu dunia, selebihnya yaitu 59 persen digunakan sebagai bahan bakar (ITC, 1 9 8 6 ) .
Penebangan kayu di hutan-hutan (isu hutan tropis) memberi dampak yang hebat terhadap industri pengemasan kayu dan kertas. Oleh karena itu alternatif penggunaan bahan baku dari hutan perkebunan dan sumber lain untuk kemasan kertas dan kayu perlu digalakkan. Selain itu upaya daur ulang dari limbah kertas seyogyanya lebih diintensifkan. Di Inggris, Jerman, Prancis dan beberapa negara Eropa lainnya 35 persen bahan baku kertas berasal dari limbah kertas. Bahkan untuk karton kemasan bahan pangan lebih dari 70 persen rnenggunakan bahan baku dari limbahnya (Palling, 1980).




b.      Limbah Kemasan
Problematika limbah kemasan di Indonesia tampaknya belum menjadi isu nasional seperti di negara-negara industri maju. Penggunaan bahan kemas secara berulang(multi trip) industri tertentu atau kemasan semidipossable yang digunakan untuk kepentingan lain, besar perannya dalam rnenaggulangi masalah limbah. Adanya pemulung yang ikut memberi andil dalam proses daur ulang Kernasan plastik juga mengurangi tingkat pencemaran lingkungan. Penggunaan kertas bekas untuk kemasan yang lazim dilakukan saat ini sesungguhnya tidak dapat dijamin kebersihannya bahkan dapat menyebabkan qanqguan kesehatan. Demikian pula pemanfaatan plastik bekas untuk pembungkus makanan serinqkali diberitahakan media masa bahwa kemasan tersebut menyebabkan kasus kernatian, karena penggunaannya yang sernbrono. Limbah kemasan akan rnenjadi hal yang banyak dipermasalahkan pada waktu yang akan datang. Demikian juqa peraturan (perundang-undangan) akan menuntut masyarakat untuk menangani limbah secara baik dan benar.


Pengemasan dan pencemaran

Pencemaran yang mungkin disebabkan oleh pengemasan dapat diartikan sebagai:
(1)   pencemaran produk bahan pangan oleh kemasan
(2)   pencemaran bahan kemas oleh faktor luar
(3)   pencemaran lingkungan oleh limbah kemasan
(4)   pencemaran oleh Kloro-Fluoro-Karbon (CFC).

Tingkat pencemaran tersebut sangat beragam dari satu daerah ke daerah lainnya. Ada yang demikian hebat sehingga menirnbulkan gejolak masyarakat ada pula yang masih dalam batas-batas layak, Pencemaran ini bisa disebabkan oleh produsen kemasan dan lebih sering lagi disebabkan oleh konsumen, baik konsumsi langsung rnaupun yang tidak langsung. Kontaminasi bahan pangan oleh kemasannya dapat disebabkan dikemukakan antara lain oleh proses migrasi komponen akibat penggunaan plastik yang salah. Plastik polivinil khlorida (PVC) yang digunakan untuk bahan pangan panas mempunyai resiko melepaskan senyawa karsinogenik Atau kemasan kaleng yang cacat dapat menyebabkan tercemarnya bahan pangan oleh timah hitam, timah piltih, besi dan aluminium. Ambang batas toleransi cemaran ini telah banyak dibakukan dalam bentuk norma atau code. FAO/WHO menetapkan kandungan timah putih atau timah hitam tidak boleh melebihi 1.0 rng/kg dalam makanan. Norma lain di banyak negara menetapkan angka maksimum 0.05 mg/kg cemaran VCM, bahkan di Swedia hingga 0,01 mg/kg (Syarief dkk, 1991). Angka-angka tersebut bila diperlukan bisa diperoleh dari pedoman yang dikeluarkanoleh Codex Alimentarius Comission. Kemasan dapat pula dicemari oleh keadaan lingkungan yang tidak menunjang, terutama pada waktu penyimpanan, distribusi dan penjajaan. Misalnya saja tirnbulnya karat pada kaleng dan rusaknya label. Pencemaran lingkungan oleh limbah kemasan merupakan isu yang banyak dimunculkan akhir-akhir ini, bersamaan dengan masalah pencemaran lingkungan oleh berbagai macam limbah industri dan sarnpah rumah tangga. Produsen atau industri kemasan dituntut untuk mencari bahan baku atau membuat kemasan-kemasan tertentu yanq terdiri dari bahan organik terhancurkan secara alami atau bahan yang dapat dimakan (edible). Sedangkan para konsumen dituntut untuk lebih tertib dalam membuanq sampah. Berbagai ide untuk menangani limbah kemasan akan dibahas secara khusus pada uraian berikutnya. Penggunaan Kloro-Fluoro-Karbon sebagai propelan aerosol yang berfungsi untuk rnenyemprotkan isi kaleng secara otomatis seperti pada insektisida dan minyak wangi pernah menghebohkan para peminat lingkungan hidup.

PENANGANAN LIMBAH KEMASAN

Pada awalnya rnasalah limbah kemasan dianggap sebagai move politik saja, dan dianggap tidak ada kaitannya dengan kegiatan ekonorni. Dengan demikian, produsen atau industri kemasan seakan-akan berada di sudut yang dirugikan. Akan tetapi pandangan ini sudah mulai bergeser. Industri kemasan telah terjun secara aktif sebagai motor dan dinamisator dalam proses penanganan limbah kemasan, sehingga melahirkan kegiatan ekonomi baru yang cukup rnenarik. Seperti telah dikernukakan pada uraian sebelumnya, masalah limbah muncul sebagai dampak adanya peningkatan kualitas hidup rnanusia yang merupakan hasil peningkatan kemakmuran. Manusia menuntut hidup yang lebih layak dan bernilai estetika yang memadai. Oleh sebab itu rnasyarakat Tndonesia baik produsen, konsumen maupun penjual jasa kemasan seyogyanya sudah rnengantisipasi masalah lingkungan hidup sejak saat ini.
a.       Penanganan Sampah Secara Umum
Sampah Kemasan seperti juga sampah lainnya secara umum dibagi atas sampah terbakar dan sampah tak terbakar (botol, kaleng, beberapa jenis plastik). Selain itu dikenal juga yang disebut sampah "besar” (alat-alat elektronik, sepeda, rnebel dan sebagainya) dan sampah kecil (sampah dapur). Pemisahan sampah bisa dilakukan sejak dari tangan pertama pembuang sampah, dengan menyediakan kantung sampah (wadah) plastik yang warnanya menunjukkan jenis sampah yang dibuang. Sampah yang tak terbakar didaur ulang, sedangkan sampah terbakar di olah menjadi bentuk enersi yang lain. Berita menarik dikemukakan oleh harian Kompas 30 September 1991, bahwa retribusi sampah di Kotamadya Padang memberikan masukan sebesar Rp 700 juta sampai Rp 800 jutaper tahun. Suatu bukti bahhwa penanganan sampah untuk diproses menjadi kompos dapat rnemberikan andil yang berarti dalam pembangunan.

b.      Bank Botol
Bank botol yaitu tempat penampungan botol dan wadah gelas lainnya yang diletakkan di tempat-tempat tertentu yang strategis seperti di perempatan, pasar, terminal bus dan tempat umum lainnya. Bank botol ini dirancang sedemikian rupa sehingga menambah keindahan dan keasrian suatu kota. Masyarakat diharuskan rnembawa botol/wadah gelas kosong dan menaruh/membuangnya di bank botol yang telah disediakan. Setelah bank botol penuh kemudian diangkut ke pusat-pusat penampungan, untuk selanjutnya dibawa ke industri botol untuk dilebur sebagai cullet (calcin).

c.       Kemasan Logam
Manfaat dari penggunaan limbah kaleng untuk diubah menjadi jenis kemasan atau barang lain perlu dikaji secara seksama. Kaleng-kaleng bekas susu, kornet dan lain-lain dibuat kaleng kerupuk, kornpor dan benda-benda lain oleh para pengrajin.
Di berbagai kota besar Jepang dikampanyekan cara menarik masyarakat untuk mernanfaatkan mesill otomatis pengolah kaleng bekas minuman ringan. Mesin ini disediakan pada tempat-tempat kerarnaian umum (tempat hiburan, taman). Bagi pembuang sampah kaleng akan mendapat tukaran satu lembar kupon untuk sebuah kaleng. Setelah mencapai jumlah tertentu (4 lembar) kupon dapat ditukar dengan barang lain.

d.      Penanganan  Kertas Bekas
Kebersihhan dan keamanan bagi konsumen maka penggunaan kertas bekas (koran , majalah, buku, kantong semen) untuk mengernas makanan secara langsung sayanggnya sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Dibeberapa  negara maju tidak dijumpai adanya penanganan kertas bekas untuk digunakan lagi secara langsung sebagai kemasan komersial. Kertas bekas dikumpulkan dengan cara membeli dari rumah ke rumah (atau perkantoran) kemudian diolah lagi menjzdi kertas kemasan atau kertas untuk penggunaan lain.

e.       Penanganan Kernasan Plastik
Upaya daur ulang limbah plastik untuk bahan kemas atau wadah lain telah dijumpai di Indonesia. Bahkan kegiatan ekonomi dalam pemanfaatan limbah plastik ini pernah menarik minat para wiraswastawan. Para pemulung plastik bertebaran dari satu ternpat sampah ke tempat sampah yang lainnya. Tampaknya kegiatan daur ulang kemasan plastik ini perlu mencapat perhatian yanq serius agar dapat memberikan manfaat yang tepat. Di Amerika Serikat plastik-plastik yanq akan didaur ulang dipisahkan dari jenis plastik yang akan dimusnakkan. Wadah pengumpul plastik bekas ini dibedakan antara yanq akan didaur ulang dan yang dimusnahkan. Sampah yang dikumpulkan kemudian diolah menjadi alat-alat tulis seperti penggaris, tempat pensil, gantungan kunci dan sebagainya, untuk dibagikan kembali kepada para langganan secara curna-cuma.

Kemasan adalah kegiatan penempatan produksi ke dalam wadah dengan segala jenis material lainnya yang dilakukan oleh produsen atau pemasar untuk disampaikan kepada konsumen.

Jenis-Jenis Kemasan
·         Kertas, Karton, Karton Bergelombang (Kemasan primer & sekunder, perkembangan relatif stabil)
·         Kemasan plastik kaku  (Kemasan primer & sekunder, perkembangan relatif stabil)
·         Kemasan Fleksibel (Kemasan primer, perkembangannya meningkat pesat.)
·         Logam  (Kemasan primer & sekunder, perkembangan menurun pesat.)
·         Gelas (Kemasan primer, perkembangan relatif stabil)
·         Karung  (Kemasan primer & sekunder, perkembangan relatif stabil)
·         DLL

Limbah adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi. Jenis-jenis limbah bermacam-macam, dari zat pembentuknya, bentuk fisiknya dan sifat berbahayanya.

Jenis limbah
Jenis-jenis limbah dari zat pembentuknya adalah:
1. Limbah organik. Limbah ini dapat terurai secara alami, contoh: sisa organisme (tumbuhan, hewan).
2. Limbah anorganik. Limbah ini sukar terurai secara alami, contoh: plastik, botol, kaleng, dll.

Jenis-jenis limbah dari bentuk fisiknya adalah:

1. Limbah padat, yang lebih dikenal sebagai sampah. Bentuk fisiknya padat. Definisi menurut UU No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Contoh: sisa-sisa organisme, barang dari plastik, kaleng, botol, dll.
2. Limbah cair. Bentuk fisiknya cair. Contoh: air buangan rumah tangga, buangan
industri, dll.
3. Limbah gas dan partikel. Bentuk fisiknya gas atau partikel halus (debu). Contoh: gas buangan kendaraan (dari knalpot), buangan pembakaran industri.

Prinsip pengelolaan limbah yang harus kita pegang adalah 3 R, “Reduce, Reuse, Recycle”.

1. Reduce (pengurangan) adalah mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya limbah. Sedapat mungkin kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang akan menghasilkan limbah. Contoh: penggunaan sapu tangan untuk menghapus keringat akan mengurangi limbah dari kertas tissue yang kita gunakan, menggunakan botol minum permanen yang sehat akan mengurangi limbah berupa gelas plastik atau botol plastik air mineral, pemilihan produk
dengan kemasan yang dapat didaur-ulang.
2. Reuse (daur pakai) adalah kegiatan penggunaan kembali limbah yang masih dapat digunakan baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain. Sedapat mungkin kita menggunakan kembali bahan-bahan yang masih memungkinkan untuk dipakai lagi. Contoh: kertas yang digunakan bolak-balik akan mengurangi limbah kertas, gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang,
3. Recycle (daur ulang) adalah mengolah limbah menjadi produk baru. Ada bahan bahan
tertentu yang dapat didaur-ulang, contoh: kertas, karton, plastik, botol, besi, berbagai limbah organik.

3 komentar:

  1. Kemasan plastik ataupun Dus Makanan sangat terkait dengan pencemaran lingkungan. Pasalnya sumber sampah adalah dari kemasan-kemasan itu sendiri.

    BalasHapus
  2. kemasan makanan kertas emang paling ok deh. sekarang bentuknya jg keren - keren.

    BalasHapus