Pengemasan
Pengemasan memegang peranan penting pada proses
produksi dan perdagangan hasil pertanian maupun produk agroindustri. Pengemasan
selain untuk melindungi bahan atau barang (produk) yang dikemas, juga untuk
memberi penampakan yang lebih menarik, sehingga memikat calon pembeli. Kemasan
juga merupakan satu kesatuan, seperti satu keranjang, satu peti, satu bungkus,
atau satu pak. Masing-masing memiliki bobot dan ukuran sendiri bergantung pada
jenis bahan/produk dan tujuan pengemasannnya. Ada kemasan besar seperti peti
dan keranjang. Ada pula kemasan kecil seperti bungkus dan pak. Pengemasan hasil
pertanian ditujukan untuk membantu mencegah atau mengurangi kerusakan selama
penanganan, pengangkutan dan penyimpanan. Disamping itu dapat pula untuk
mencegah atau mengurangi serangan mikroba dan serangga dengan menjaga tetap
bersih. Kemasan juga dimaksukan untuk melindungi bahan/barang dari kemungkinan
kerusakan fisik dan mekanis (memar, lecet, pecah, belah, penyok, rusak oleh
cahaya, dll).
Hampir seluruh kegiatan yang dilakukan manusia tidak
luput dari menghasilkan bekas atau sisa kegiatan atau dengan kata lain adalah
sampah. Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kerusakan
lingkungan hidup akibat peristiwa alam seperti: letusan gunung berapi,
gempa
bumi, angin puting beliung.
2. Kerusakan
lingkungan hidup karena faktor manusia
Selain itu, setiap rumah tangga dan anggota keluarga
dapat melakukan banyak hal kecil tetapi berarti bagi lingkungan, diantaranya
adalah:
·
Saat berbelanja, biasakan membawa tas
belanja sendiri agar tidak memerlukan tas plastik lagi.
·
Saat hajatan, arisan, jamuan atau kumpul
keluarga usahakan untuk tidak menggunakan plastik/Styrofoam/kardus untuk
menempatkan makanan dan minuman. Gunakanlah gelas, piring atau cangkir yang
dapat dipakai berulangkali, dan jika mungkin gunakan daun untuk membungkus kue.
Makan dengan cara prasmanan lebih cocok. Atau pakailah piring dari anyaman lidi
daun lontar yang diberi alas kertas atau daun, sehinga dapat dipakai berulang
kali.
·
Saat di kantor, hematlah kertas, dengan
membiasakan memakai kertas atau fotokopi secara bolak balik. Dengan menghemat
kertas, berarti kita membantu mengurangi jumlah pohon yang harus ditebang. Saat
kenaikan kelas, buku-buku lama yang tidak diminati dapat diserahkan ke
perpustakaan. Buku petunjuk telepon lama dapat diberikan kepada tukang sayur
untuk membungkus dagangannya.
·
Kumpulkan sisa halaman dari buku tulis
yang masih bersih, beri lubang, ikat dan beri sampul sehingga menjadi buku
tulis yang baru.
Jenis Sampah dan
Lama Hancur
Jenis
Sampah
|
Lama
Hancur
|
Kertas
|
2-5 bulan
|
Kulit
Jeruk
|
6 bulan
|
Dus
Karton
|
5 bulan
|
Filter
Rokok
|
10-12 tahun
|
Kantong
Plastik
|
10-20 tahun
|
Kulit
Sepatu
|
25-40 tahun
|
Pakaian/Nylon
|
30-40 tahun
|
Plastik
|
50-80 tahun
|
Alumunium
|
80-100 tahun
|
Styrofoam
|
Tidak hancur
|
Sumber:
Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat : Jakarta–Environmental
Services Delivery Desain.
Pengemasan dan
lingkungan hidup
Masalah lingkungan hidup muncul
sebagai akibat perbaikan kualitas hidup
dan sikap laku manusia. Karena
itu adanya perhatian terhadap lingkungan
hidup harus diartikan secara positif yaitu sebagai kemajuan pembangunan ekonomi.
Lingkungan alam di sekeliling manusia selain sebagai tantangan juga merupakan
sumber bahan-bahan yarig diperlukan untuk kehidupan. Oleh karena itu manusia dalam mempertahan kan kehidupannya di
dunia ini berinteraksi dengan
berbagai macam makhluk yang ada di lingkungan kehidupannya. Saling
pengaruh-mempengaruhi antara masyarakat makhluk hidup dengan lingkungannya yang
tidak hidup disebut suatu ekosistem. Interaksi yang tidak seimbang sebagai
dampak kemajuan teknologi yang pesat akan merusak ekosistem yang pada
gilirannya dapat menjadi bumerang bagi kehidupan manusia. Isu kelestarian
lingkungan hidup yang berkaitan dengan pengemasan dapat dipandang dari dua
segi: (1) bahan baku untuk kemasan, dan ( 2 ) limbah kemasan.
a.
Bahan Baku
Kemasan
Problematika pengemasan yang
dipersoalkan dalam hal penyediaan bahan
baku, yaitu terutama kemasan kertas, karton dan kemasan kayu. Kertas seperti
yang kita kenal saat ini dibuat pertama kali di L e i Yang, Cina pada tahun
105. Proses pembuatan kertas ditemukan
oleh Ts'ai Lun, seorang pen
gawal istana Ho Ti. Pada tahun 751, orang-orang muslim yang menguasai sebuah
pabrik kertas Cina di Samarkand membawa rahasia pembuatan kertas ke Spanyol
sekitar tahun 950, mulai menerbitkan buku pada tahun 1450, dan menerbitkan surat kabar secara teratur tahun 1609. Kardus dari karton beralur atau karton bergelombang pada mulanya digunakan untuk bebijian. Pada akhir perang
dunia yang pertama, dari kotak-kotak
yang beredar, 20 persen adalah kotak karton dan 80 persen kotak kayu. Tapi pada akhir perang dunia kedua keadaannya terbalik
karena penggunaan kotak karton meningkat menjadi 80 persen. Pada umumnya kertas dibuat dari selulosa kayu atau merang
padi. Kayu yang digunakan yaitu kayu lunak atau kayu keras. Pengambilan kayu
dari hutan, bertambah kurang dari satu persen setahun, sedangkan d i negara
berkenbang pemanenan kayu bertambah rata-rata 4 persen per tahun, Untuk
keperluan industri produk kayu, termasuk industri pengemasan, mengkonsumsi 41
persen dari persediaan kayu dunia,
selebihnya yaitu 59 persen
digunakan sebagai bahan bakar (ITC, 1 9 8 6 ) .
Penebangan kayu di hutan-hutan
(isu hutan tropis) memberi dampak yang hebat terhadap industri pengemasan kayu dan kertas. Oleh karena itu alternatif
penggunaan bahan baku dari hutan perkebunan dan sumber lain untuk kemasan
kertas dan kayu perlu digalakkan. Selain itu upaya daur ulang dari limbah kertas
seyogyanya lebih diintensifkan. Di Inggris, Jerman, Prancis dan beberapa negara Eropa lainnya 35 persen bahan baku kertas berasal dari
limbah kertas. Bahkan untuk karton kemasan bahan pangan lebih
dari 70 persen rnenggunakan bahan baku dari limbahnya (Palling, 1980).
b.
Limbah Kemasan
Problematika limbah
kemasan di Indonesia tampaknya belum menjadi isu nasional seperti di
negara-negara industri maju. Penggunaan bahan kemas secara berulang(multi trip)
industri tertentu atau kemasan semidipossable yang digunakan untuk kepentingan
lain, besar perannya dalam rnenaggulangi masalah limbah. Adanya pemulung yang ikut memberi
andil dalam proses daur ulang Kernasan plastik juga mengurangi
tingkat pencemaran lingkungan. Penggunaan kertas bekas untuk kemasan yang lazim
dilakukan saat ini sesungguhnya tidak
dapat dijamin kebersihannya bahkan
dapat menyebabkan qanqguan kesehatan. Demikian pula pemanfaatan
plastik bekas untuk pembungkus makanan serinqkali diberitahakan media masa
bahwa kemasan tersebut menyebabkan kasus kernatian, karena penggunaannya yang sernbrono. Limbah kemasan akan rnenjadi hal
yang banyak dipermasalahkan pada waktu
yang akan datang. Demikian juqa peraturan (perundang-undangan) akan menuntut
masyarakat untuk menangani limbah secara baik dan benar.
Pengemasan
dan pencemaran
Pencemaran yang mungkin disebabkan oleh pengemasan
dapat diartikan sebagai:
(1) pencemaran produk bahan pangan oleh kemasan
(2) pencemaran bahan kemas oleh faktor luar
(3) pencemaran lingkungan oleh limbah kemasan
(4) pencemaran oleh Kloro-Fluoro-Karbon (CFC).
Tingkat pencemaran tersebut sangat beragam dari satu
daerah ke daerah lainnya. Ada yang demikian hebat sehingga menirnbulkan gejolak
masyarakat ada pula yang masih dalam batas-batas layak, Pencemaran ini bisa
disebabkan oleh produsen kemasan dan lebih sering lagi disebabkan oleh konsumen, baik konsumsi langsung rnaupun yang tidak
langsung. Kontaminasi bahan pangan oleh kemasannya dapat disebabkan dikemukakan
antara lain oleh proses migrasi komponen akibat penggunaan plastik yang salah. Plastik
polivinil khlorida (PVC) yang
digunakan untuk bahan pangan panas mempunyai resiko melepaskan senyawa
karsinogenik Atau kemasan kaleng
yang cacat dapat menyebabkan
tercemarnya bahan pangan oleh timah hitam, timah piltih, besi dan
aluminium. Ambang batas toleransi
cemaran ini telah banyak
dibakukan dalam bentuk norma atau code. FAO/WHO menetapkan kandungan timah
putih atau timah hitam tidak boleh melebihi 1.0 rng/kg dalam
makanan. Norma lain di banyak negara
menetapkan angka maksimum 0.05 mg/kg cemaran VCM, bahkan di
Swedia hingga 0,01 mg/kg
(Syarief dkk, 1991). Angka-angka tersebut bila diperlukan bisa diperoleh
dari pedoman yang dikeluarkanoleh Codex
Alimentarius Comission. Kemasan dapat pula dicemari oleh keadaan
lingkungan yang tidak menunjang,
terutama pada waktu penyimpanan,
distribusi dan penjajaan. Misalnya
saja tirnbulnya karat pada kaleng dan rusaknya label. Pencemaran
lingkungan oleh limbah kemasan merupakan isu yang banyak dimunculkan
akhir-akhir ini, bersamaan dengan masalah pencemaran lingkungan oleh berbagai macam limbah industri dan sarnpah rumah tangga. Produsen atau industri kemasan dituntut untuk mencari bahan baku atau membuat
kemasan-kemasan tertentu yanq terdiri dari bahan organik terhancurkan secara alami atau bahan yang dapat dimakan (edible). Sedangkan para konsumen dituntut untuk lebih
tertib dalam membuanq sampah. Berbagai
ide untuk menangani limbah
kemasan akan dibahas secara khusus pada uraian berikutnya. Penggunaan Kloro-Fluoro-Karbon sebagai propelan aerosol yang
berfungsi untuk rnenyemprotkan isi kaleng secara otomatis seperti pada
insektisida dan minyak wangi pernah menghebohkan para peminat lingkungan hidup.
PENANGANAN
LIMBAH KEMASAN
Pada awalnya rnasalah
limbah kemasan dianggap sebagai move
politik saja, dan dianggap tidak ada kaitannya dengan kegiatan ekonorni. Dengan
demikian, produsen atau industri kemasan seakan-akan berada di sudut yang
dirugikan. Akan tetapi pandangan ini sudah mulai bergeser. Industri kemasan telah terjun secara aktif sebagai
motor dan dinamisator dalam
proses penanganan limbah kemasan, sehingga melahirkan kegiatan ekonomi baru
yang cukup rnenarik. Seperti telah dikernukakan pada uraian sebelumnya, masalah
limbah muncul sebagai dampak adanya peningkatan kualitas hidup rnanusia yang
merupakan hasil peningkatan kemakmuran. Manusia menuntut hidup yang lebih layak
dan bernilai estetika yang memadai. Oleh sebab itu rnasyarakat Tndonesia baik
produsen, konsumen maupun penjual jasa kemasan seyogyanya sudah rnengantisipasi masalah lingkungan hidup sejak saat ini.
a.
Penanganan
Sampah Secara Umum
Sampah Kemasan seperti
juga sampah lainnya secara umum dibagi atas sampah terbakar dan sampah
tak terbakar (botol, kaleng, beberapa jenis plastik). Selain itu
dikenal juga yang disebut sampah
"besar” (alat-alat elektronik, sepeda, rnebel dan sebagainya) dan sampah kecil (sampah dapur). Pemisahan sampah bisa
dilakukan sejak dari tangan pertama pembuang sampah, dengan menyediakan
kantung sampah (wadah) plastik yang warnanya menunjukkan jenis sampah yang
dibuang. Sampah yang tak terbakar didaur ulang, sedangkan sampah
terbakar di olah menjadi bentuk enersi yang lain. Berita
menarik dikemukakan oleh harian Kompas 30 September 1991, bahwa retribusi
sampah di Kotamadya Padang memberikan masukan sebesar Rp 700 juta sampai Rp 800 jutaper tahun. Suatu bukti bahhwa penanganan sampah
untuk diproses menjadi kompos dapat
rnemberikan andil yang berarti
dalam pembangunan.
b.
Bank Botol
Bank botol yaitu tempat
penampungan botol dan wadah gelas lainnya yang diletakkan di tempat-tempat
tertentu yang strategis seperti di perempatan, pasar, terminal bus dan tempat
umum lainnya. Bank botol ini dirancang sedemikian rupa sehingga menambah keindahan dan keasrian suatu
kota. Masyarakat diharuskan rnembawa botol/wadah gelas kosong dan
menaruh/membuangnya di bank botol yang telah disediakan. Setelah bank botol penuh kemudian diangkut ke
pusat-pusat penampungan, untuk selanjutnya
dibawa ke industri botol untuk dilebur sebagai cullet (calcin).
c.
Kemasan Logam
Manfaat dari penggunaan
limbah kaleng untuk diubah menjadi jenis kemasan atau barang lain perlu dikaji
secara seksama. Kaleng-kaleng bekas susu, kornet dan lain-lain dibuat kaleng
kerupuk, kornpor dan benda-benda lain oleh para pengrajin.
Di berbagai kota besar
Jepang dikampanyekan cara menarik masyarakat untuk mernanfaatkan mesill otomatis
pengolah kaleng bekas minuman ringan. Mesin ini disediakan pada tempat-tempat kerarnaian umum
(tempat hiburan, taman). Bagi
pembuang sampah kaleng akan mendapat tukaran satu lembar kupon untuk sebuah
kaleng. Setelah mencapai jumlah tertentu (4 lembar) kupon dapat ditukar dengan
barang lain.
d.
Penanganan Kertas Bekas
Kebersihhan dan keamanan
bagi konsumen maka penggunaan kertas bekas (koran , majalah, buku, kantong semen) untuk mengernas makanan secara langsung sayanggnya sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan.
Dibeberapa negara maju tidak dijumpai adanya penanganan kertas bekas
untuk digunakan lagi secara
langsung sebagai kemasan
komersial. Kertas bekas dikumpulkan dengan cara membeli dari rumah ke rumah (atau perkantoran) kemudian diolah lagi menjzdi kertas kemasan atau
kertas untuk penggunaan lain.
e.
Penanganan
Kernasan Plastik
Upaya daur
ulang limbah plastik untuk bahan kemas atau wadah lain telah dijumpai di Indonesia. Bahkan kegiatan
ekonomi dalam pemanfaatan limbah plastik ini pernah menarik minat
para wiraswastawan. Para pemulung
plastik bertebaran dari satu ternpat sampah ke tempat sampah yang
lainnya. Tampaknya kegiatan daur
ulang kemasan plastik ini perlu mencapat perhatian yanq serius agar dapat memberikan manfaat yang
tepat. Di Amerika Serikat plastik-plastik yanq akan didaur ulang
dipisahkan dari jenis plastik yang akan
dimusnakkan. Wadah pengumpul plastik bekas ini dibedakan antara yanq akan didaur ulang dan yang dimusnahkan.
Sampah yang dikumpulkan kemudian
diolah menjadi alat-alat tulis
seperti penggaris, tempat pensil,
gantungan kunci dan sebagainya, untuk
dibagikan kembali kepada para langganan secara curna-cuma.
Kemasan
adalah kegiatan penempatan produksi
ke dalam wadah dengan segala jenis material
lainnya yang dilakukan oleh produsen atau
pemasar untuk disampaikan kepada
konsumen.
Jenis-Jenis Kemasan
·
Kertas, Karton, Karton Bergelombang (Kemasan primer
& sekunder, perkembangan relatif stabil)
·
Kemasan plastik kaku (Kemasan primer &
sekunder, perkembangan relatif stabil)
·
Kemasan Fleksibel (Kemasan primer, perkembangannya
meningkat pesat.)
·
Logam (Kemasan primer & sekunder,
perkembangan menurun pesat.)
·
Gelas (Kemasan primer, perkembangan relatif stabil)
·
Karung (Kemasan primer & sekunder,
perkembangan relatif stabil)
·
DLL
Limbah adalah bahan
sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi.
Jenis-jenis limbah bermacam-macam, dari zat pembentuknya, bentuk fisiknya dan
sifat berbahayanya.
Jenis limbah
Jenis-jenis limbah dari
zat pembentuknya adalah:
1. Limbah organik. Limbah ini dapat terurai secara
alami, contoh: sisa organisme (tumbuhan, hewan).
2. Limbah anorganik. Limbah ini sukar terurai secara
alami, contoh: plastik, botol, kaleng, dll.
Jenis-jenis limbah dari bentuk fisiknya adalah:
1. Limbah padat, yang lebih dikenal sebagai sampah.
Bentuk fisiknya padat. Definisi menurut UU No. 18 Tahun 2008, sampah adalah
sisa kegiatan sehari-hari dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Contoh:
sisa-sisa organisme, barang dari plastik, kaleng, botol, dll.
2. Limbah cair. Bentuk fisiknya cair. Contoh: air
buangan rumah tangga, buangan
industri, dll.
3. Limbah gas dan partikel. Bentuk fisiknya gas atau
partikel halus (debu). Contoh: gas buangan kendaraan (dari knalpot), buangan
pembakaran industri.
Prinsip pengelolaan limbah yang harus kita pegang
adalah 3 R, “Reduce, Reuse, Recycle”.
1. Reduce (pengurangan) adalah mengurangi
segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya limbah. Sedapat mungkin kita
mengurangi penggunaan bahan-bahan yang akan menghasilkan limbah. Contoh:
penggunaan sapu tangan untuk menghapus keringat akan mengurangi limbah dari
kertas tissue yang kita gunakan, menggunakan botol minum permanen yang
sehat akan mengurangi limbah berupa gelas plastik atau botol plastik air
mineral, pemilihan produk
dengan kemasan yang dapat didaur-ulang.
2.
Reuse (daur pakai) adalah kegiatan penggunaan kembali limbah yang masih dapat
digunakan baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain. Sedapat mungkin kita
menggunakan kembali bahan-bahan yang masih memungkinkan untuk dipakai lagi.
Contoh: kertas yang digunakan bolak-balik akan mengurangi limbah kertas,
gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang,
3.
Recycle (daur ulang) adalah mengolah limbah menjadi produk baru. Ada
bahan bahan
tertentu
yang dapat didaur-ulang, contoh: kertas, karton, plastik, botol, besi, berbagai
limbah organik.
Kemasan plastik ataupun Dus Makanan sangat terkait dengan pencemaran lingkungan. Pasalnya sumber sampah adalah dari kemasan-kemasan itu sendiri.
BalasHapuskemasan makanan kertas emang paling ok deh. sekarang bentuknya jg keren - keren.
BalasHapusmenggunakan kemasan makanan food grade untuk mengurangi pencemaran
BalasHapus