Senin, 09 Desember 2013

SIFAT KIMIA DAN SIFAT FISIKA MINYAK ATSIRI

SIFAT KIMIA DAN SIFAT FISIKA MINYAK ATSIRI

A. DEFINISI MINYAK ATSIRI
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang dapat ditemukandalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni tanpa pencemar, minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada penyimpanan yang lama, minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan langsung dengan udara, ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu, seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).
Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan pewangi, penyedap (flavoring), antiseptic internal, bahan analgesic, sedative serta stimulan. Terus berkembangnya penggunaan minyak atsiri di dunia maka minyak atsiri di Indonesia merupakan penyumbang devisa negara yang cukup signifikan setelah Cina (Sastrohamidjoyo, 2004).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel. Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ tanaman, seperti didalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (pada famili Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae).
Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri yang komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti minyak nilam dan minyak akar wangi. Minyak atsiri kelompok ini lazimnya langsung digunakan tanpa diisolasi komponen-komponen penyusunnya sebagai pewangi berbagai produk. Kedua, minyak atsiri yang komponen-komponen senyawa penyusunnya dapat dengan mudah dipisahkan menjadi senyawa murni, seperti minyak sereh wangi, minyak daun cengkeh, minyak permen dan minyak terpentin. Senyawa murni hasil pemisahan biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk diproses menjadi produk yang lebih berguna.
Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu proses penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavouring agent) dalam industri makanan dan minuman (Ketaren, 1985).

B. SIFAT FISIKA MINYAK ATSIRI
Seperti bahan-bahan lain yang memiliki sifat fisik, minyak atsiri juga memiliki sifat fisik yang bisa di ketahui melalui beberapa pengujian. Sifat fisik dari setiap minyak atsiri berbeda satu sama lain. Sifat fisik terpenting dari minyak atsiri adalah dapat menguap pada suhu kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan metode analisis yang dapat digunakan untuk menentukan komponen kimia dan komposisinya dalam minyak asal.
            Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis, indeks bias yang tinggi, bersifat optis aktif.

a. Bau yang karakteristik
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu, seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).

b. Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis menggunakan alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180. Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri (Gunther, 1987).
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari ukuran bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik yang di peroleh dari pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.

Uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan Bo dan B1 tidak berbeda nyata terhadap bobot jenis, tapi keduanya berbeda dengan perlakuan B2. Nilai bobot jenis minyak ditentukan oleh komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin tinggi kadar fraksi berat maka bobot jenis semakin tinggi. Pada waktu penyulingan, penetrasi uap pada bahan  berukuran kecil berlangsung lebih mudah karena jaringannya lebih terbuka sehingga jumlah uap air panas yang kontak dengan minyak lebih banyak. Kondisi tersebut mengakibatkan komponen fraksi berat minyaknya lebih mudah dan cepat diuapkan. Dari segi ukuran bahan, bobot jenis tertinggi (0,9935) diperoleh dari bahan ukuran kecil, sedangkan dari segi lama penyulingan, bobot jenis tertinggi (0,9911) diperoleh pada penyulingan 4 jam. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan bobot jenis paling tinggi (0,9979) adalah A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai bobot jenis semua perlakuan berkisar antara 0,9722 sampai 0,9979.
c. Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran yang menembus dua macam media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian terjadi pembiasan (perubahan arah sinar) akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian (Guenther, 1987).
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak terkandung dalam minyak, yang mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih tinggi dan sinar yang menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar diteruskan dalam suatu medium (minyak) maka nilai indeks bias medium tersebut semakin tinggi.
Sebagian besar komponen minyak kulit kayumanis terdiri atas kelompok senyawa terpen-o yang mempunyai berat molekul dan kerapatan yang lebih tinggi dibanding kelompok senyawa terpen, tetapi relatif mudah larut dalam air. Semakin lama penyulingan, senyawa terpen-o semakin banyak terlarut dalam air panas yang mengakibatkan kerapatan minyak menurun sehingga indeks biasnya lebih rendah. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan indeks bias paling tinggi (1,5641) adalah perlakuan A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai indeks bias semua perlakuan berkisar antara 1,5515 sampai 1,5641; nilai ini lebih rendah dibanding standar mutu dari Essential Oil Association of USA (EOA) tahun 1970 yang mensyaratkan nilai 1,5730 – 1,5910.
d. Putaran Optik
Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan oleh jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan putaran optik menggunakan alat Polarimeter (Ketaren, 1985).
Berikut ini adalah hasil pengujian minyak atsiri kayu manis, di mana hanya ukuran bahan yang berpengaruh terhadap nilai putaran optik minyak. Uji BNJ menunjukkan bahwa ukuran bahan besar menghasilkan putaran optik yang berbeda sangat nyata dengan ukuran sedang dan kecil.

Besarnya putaran optik tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa, panjang jalan yang ditempuh sinar melalui senyawa tersebut dan suhu pengukuran.
Besar putaran optik minyak merupakan gabungan nilai putaran optik senyawa penyusunnya. Penyulingan bahan berukuran kecil akan menghasilkan minyak yang komponen senyawa penyusunnya lebih banyak (lengkap) dibanding dengan bahan ukuran besar, sehingga putaran optik yang terukur adalah putaran optik dari gabungan (interaksi) senyawa-senyawa yang biasanya lebih kecil dibanding putaran optik gabungan senyawa yang kurang lengkap (sedikit) yang dihasilkan bahan berukuran besar. Putaran optik minyak dari semua perlakuan bersifat negatif, yang berarti memutar bidang polarisasi cahaya kekiri. Nilainya antara (-) 5,03 sampai (-) 6,75 derajat. Nilai ini lebih besar dibanding standar EOA (1970) yang nilainya (-) 2 sampai 0 derajat.
e. Kelarutan Dalam Alkohol
            Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri mempunyai nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu kemurnian minyak atsiri.
Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang larutdalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan etanolpada berbagai tingkat konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri jugatergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan minyak juga dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Halini disebabkan karena proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehinggauntuk melarutkannya diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi. Kondisipenyimpanan kurang baik dapat mempercepat polimerisasi diantaranya cahaya,udara, dan adanya air bisa menimbulkan pengaruh yang tidak baik.
            Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berikut adalah hasil pengujian tingkat kelarutan minyak dalam alkohol yang dipengaruhi oleh semua faktor perlakuan dan kombinasinya.
Uji BNJ terhadap pengaruh susunan bahan menunjukkan bahwa susunan bahan bertingkat (A1) menghasilkan minyak minyak yang secara nyata lebih mudah larut dalam alkohol, dibanding susunan tidak bertingkat (A0) (Gambar 8). Tingkat kelarutan minyak dalam alkohol dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi senyawa yang dikandungnya. Menurut Heath (1978), minyak atsiri yang konsentrasi senyawa terpennya tinggi, sukar larut; sedangkan yang banyak mengandung senyawa terpen-o mudah larut dalam etanol. Dalam penyulingan bertingkat, uap panas lebih mudah dan cepat menembus bahan yang susunannya tidak padat dibanding susunan tidak bertingkat, sehingga senyawa terpen-o yang titik didihnya lebih rendah, lebih banyak terdapat dalam minyak sehingga minyaknya mudah larut dalam alkohol. Uji BNJ pengaruh ukuran bahan menunjukkan bahwa minyak dari bahan berukuran besar (B2) secara sangat nyata lebih sukar larut dalam alkohol dibanding ukuran kecil (B0) dan sedang (B1) (Gambar 9). Bahan yang berukuran lebih besar, lebih sukar diuapkan minyak atsirinya sehingga senyawa fraksi berat dalam minyak seperti seskuiterpen akan terpolimerisasi akibat pengaruh panas terus menerus dalam penyulingan dan polimer yang terbentuk tidak dapat diuapkan. Kondisi tersebut mengakibatkan komposisi terpen-o dalam minyaknya lebih rendah sehingga minyaknya sukar larut dalam alkohol.

Uji BNJ terhadap lama penyulingan menunjukkan bahwa minyak yang dihasilkan dari penyulingan 6 jam lebih sukar larut dibanding penyulingan 4 jam.
Semakin lama penyulingan maka senyawa fraksi-fraksi berat dalam minyak akan lebih banyak sehingga kelarutannya dalam alkohol semakin rendah. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan minyak yang lebih mudah larut dalam alkohol dengan nisbah volume alkohol dan minyak 1,25:1 adalah A1B1C0, yaitu perlakuan susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Menurut standar EOA (1970), kelarutan minyak dalam etanol 70% adalah dalam nisbah volume alkohol dengan minyak sebesar 3:1 atau lebih.
e. Warna
Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990) mengatakan bahwa minyak akan berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal rempah, aromatik tinggi, kuat dan tahan lama.

C. SIFAT KIMIA MINYAK ATSIRI

a. Bilangan Asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam organik pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas minyak (Kataren, 1985).
Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan asam tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode rebus mempunyai bilangan asam terendah. Besarnya bilangan asam minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus adalah 1.22 dan yang disuling dengan metode rebus 0.72 sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya 4.20, dan yang disuling dengan metode rebus 1.72. Adanya perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak. Sedangkan perbedaan nilai bilangan asam minyak kilemo yang disuling dengan sistem kukus dan rebus, kemungkinan disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada waktu penyulingan dengan sistem kukus.

b. Bilangan Ester

Bilang ester merupakan banyaknya jumlah alkali yang diperlukan untuk penyabunan ester. Adanya bilangan ester pada minyak dapat menandakan bahwa minyak tersebut mempunyai aroma yang baik. Dari hasil analisis diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode rebus menghasilkan bilangan ester terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus adalah 31.66, dan yang disuling dengan metode rebus 28.55. Sedangkan untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya 18.74 dan yang disuling dengan metode rebus besarnya 17.6. Perbedaan nilai bilangan ester minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang tumbuhan kilemo kemungkinan disebabkan karena perbedaan kandungan senyawa ester pada minyak. Dari pengamatan diperoleh bahwa minyak kilemo dari daun mempunyai aroma yang lebih segar bila dibandingkan aroma minyak dari kulit batang. Sifat aroma minyak ini dapat membuat tingginya bilangan ester pada minyak tersebut.
Minyak atsiri juga dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan perubahan sifat kimia minyak atsiri yaitu dengan proses oksidasi, hidrolisa, dan resinifikasi.

a. Oksidasi
Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan rangkap dalam terpen. Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air, sehingga membentuk senyawa aldehid, asam organik, dan keton yang menyebabkan perubahan bau yang tidak dikehendaki (Ketaren, 1985).

b. Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses hidrolisis ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester sehingga terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara sempurna dengan adanya air dan asam sebagai katalisator (Ketaren, 1985).

c. Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan (ekstraksi) minyak yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama penyimpanan (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah menguap dan mudah teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan perubahan secara fisika maupun kimia pada minyak atsiri. Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat terjadi saat :
1.      Penyimpanan bahan
Penyimpanan bahan sebelum dilakukan pengecilan ukuran bahan mempengaruhi jumlah minyak atsiri, terutama dengan adanya penguapan secara bertahap yang sebagian besar disebabkan oleh udara yang bersuhu cukup tinggi. Oleh karena itu, bahan disimpan pada udara kering bersuhu rendah.

2.      Proses ekstraksi
a.       Proses ekstraksi
Perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena suhu ekstraksi terlalu tinggi.
b.      Proses distilasi
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena adanya air, uap air, dan suhu tinggi.
c.       Proses pengepresan
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena minyak atsiri berkontak dengan udara.




Daftar Pustaka

Gunther, E., 1987. Minyak Atsiri. Jilid I. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Gunther, E., 1990. Minyak Atsiri. Jilid III A. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarata.

Mulyani, Sri. 2009. Analisis GC-MS dan Daya Anti Bakteri Minyak Atsiri.
Majalah Farmasi Indonesia, Bandung.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Yuwono, L.A. Jayanto, H. 1992. Skripsi : Pemisahan Minyak Atsiri dari Kulit

Jeruk. hal 318.Surabaya.

Kamis, 30 Mei 2013

Pelapisan buah Dan Sayur

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Respirasi merupakan proses menyeluruh di manna bahan-bahan organik dalam bentuk tersimpan (karbohidrat, protein dan lemak) dipecah menjadi produk akhir yang lebih sederhana dengan melepas energi. Dalam proses respirasi, oksigen (O2) dikonsumsi dan karbondioksida (CO2) dihasilkan oleh komoditi. Transpirasi (evaporasi air dari jaringan tanaman) merupakan proses fisik yang dapat dikontrol dengan berbagai perlakuan yang diaplikasikan kepada komoditi (misalnya pelapisan permukaan dan pembungkusan dengan film plastik) atau dengan memanipulasi lingkungan (misalnya dengan mempertahankan kelembaban relatif yang tinggi dan mengontrol laju sirkulasi udara).

Emulsi lilin akan melapisi lenti sel, dan mulut dan pada jaringan tempat respirasi berlangsung. Selain itu pelapisan lilin juga akan menyebabkan penampakan pada sayuran menjadi lebih mengkilap, sehingga menambah daya tarik.

Pendinginan adalah suatu cara untuk penanganan sayuran, karena dapat atau mengurangi penyebab-penyebab pembusukan, yaitu aktifitas organisme, proses respirasi, aktivitas enzim dan penguapan. Suhu yang rendah akan menghambat proses respirasi. Selain itu, respirasi dan transpirasi pada sayuran dan buah-buahan bisa dilakukan dengan penggunaan bahan pelapis gel karbohidrat dan gelatin.










II. TINJAUAN PUSTAKA
Pelapisan lilin merupakan salah satu alternatif atau cara untuk mempertahankan mutu sayuran dan buah tetap menjadi segar, karena dapat mengurangi laju respirasi dan transpirasi. Emulsi lilin akan melapisi inti sel dan mulut daun (stomata) pada jaringan tempat respirasi berlangsung. Selain itu, pelapisan lilin akan menyebabkan penampakan pada sayur lebih mengkilap sehingga menambah daya tarik (Muchtadi, 1992).

Umumnya buah-buahan mempunyai lapisan lilin alami permukaan kulitnya yang dapat dapat hilang karena proses pencucian. Pelapisan digunakan untuk menjaga kesegaran buah, karena dengan adanya lapisan ini penguapan air dan respirasi dapat dikurangi. Selain itu dengan pelapisan lilin dapat diperoleh buah dengan penampakan mengkilap dan menarik. Di samping itu luka atau goresan pada permukaan kulit buah dapat ditutupi oleh lilin (Sugiyono, 1992).

Emulsi lilin dapat di buat dari bahan lilin dengan bahan pengemusli. Lilin yang biasa digunakan adalah lilin tebal, lilin kamauba (lilin lebah). Emulsifier yang digunakan adalah trietanol amein dan asam oleat. Untuk pemakaian fungisida sering digunakan Benlate-50 Thiabendazole-60 dan lain-lain (Pantastico, 1989).

Namun demikian pelapisan lilin tidak dapat mengatasi kebusukan untuk itu lilin sering dikombinasikan dengan fungisida dan bakterisida. Berbagai jenis fungisida atau bakterisida dapat digunakan untuk mengendalikan pembusukan pada buah selama penyimpanan, salah satunya adalah benlate 50. Benlate termasuk kelompok fungisida benzimidazoles dengan nama umum benomil dan merupakan fungisida yang aman digunakan (Winarno, 2002)

Disamping itu buah tidak tahan disimpan dan mudah mengalami pembusukan. Hal ini disebabkan buah yang telah dipanen merupakan struktur hidup yang masih melakukan respirasi dan transpirasi. Aktifitas respirasi dan transpirasi ini menggunakan dan merombak zat-zat nutrisi yang ada pada buah sehingga dalam jangka waktu tertentu akibat penggunaan dan perombakan zat nutrisi tersebut, buah mengalami kemunduran mutu kerusakan fisiologis (Apandi, 1994).







































III.PEMBAHASAN
a.      Lilin Lebah
 Beeswax / lilin lebah / malam tawon didapat / dipanen dari sarang kosong. Beeswax mengandung organik / hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh, ester dan alkohol monoester, kolesterol, dan sejumlah kecil mineral tertentu. Warna lilin bervariasi, kuning/ orange atau kecoklatan, akan beku dan sedikit lunak pada suhu kamar dan mudah pecah pada suhu dingin, akan menjadi lunak pada suhu 62 ° C, tetapi tidak lengket. Memiliki aroma bunga yang khas. Lilin dari sarang lebah hampir putih, tetapi menjadi semakin lebih kuning atau coklat dengan dimasukkannya serbuk sari minyak dan propolis. Timbangan lilin sekitar 3 milimeter (0,12 inci) dan 0,1 milimeter (0,0039 di) tebal, dan sekitar 1.100 yang dibutuhkan untuk membuat satu gram lilin.
Lilin lebah merupakan lilin yang compleks dibentuk dari campuran beberapa komponen meliputi hidrokarbon 14%, monoester 35%, diester 14%, triester 3%, hidroksi monoester 4%, hidroksi poliester 8%, asam ester 1%, asam poliester 2%, asam bebas, alkohol bebas 1%, dan 6% sisanya tidak diketahui. Komponen utama dari lilin lebah adalah palmitat, palmitoleat, hidroksi palmitat dan ester oleat yang berantai panjang (C30-C32) dari alkohol aliphatic. Perbandingan triacontanil palmitat (CH3(CH2)29O-CO-(CH2)14CH3 dengan asam serotik (CH3(CH2)24COOH, yaitu 6:1. Manfaat lilin lebah adalah untuk bahan membatik, lilin penerang, industri kosmetik lipstick, dan berbagai lotion, juga bisa digunakan sebagai campuran pembuatan sabun natural yang berbahan dasar minyak. Pada industri farmasi, lilin lebah digunakan untuk bahan pembuatan plester atau kain pembalut, obat-obatan luar, campuran bahan-bahan tahan air/water proof, selain itu juga bisa digunakan sebagai campuran tinta, pensil, semir serta sebagai zat pengkilat. 
Selain itu lilin lebah juga digunakan untuk:
Ø  membantu menahan air di dalam buah dan sayuran selama pengiriman dan pemasaran
Ø  membantu menghambat pertumbuhan jamur
Ø  melindungi buah dan sayuran dari memar
Ø  mencegah kerusakan fisik lainnya dan penyakit; meningkatkan tampilan.

Pelapisan buah dengan lilin lebah bertujuan untuk menutup pori-pori kulit buah sehingga dapat menghambat/menekan laju proses respirasi dan transpirasi yang terjadi pada buah. Kelenjar lilin lebah mengeluarkan sejenis lilin yang digunakan untuk membentuk sarangnya. Tebal tipisnya lapisan lilin berpengaruh terhadap daya simpan buah. Pelapisan yang terlalu tebal akan menyebabkan buah menjadi cepat rusak karena seluruh pori-pori kulit buah tertutup sehingga terjadi respirasi anaerob yang dapat menyebabkan kerusakan. Sementara, pelapisan yang terlalu tipis tidak akan mempengaruhi daya simpan buah. Lilin lebah sukar terhidrolisis oleh air. Sifat inilah yang menyebabkan lilin digunakan sebagai lapisan pelindung bagi kulit tubuh, rambut, lantai, atau kendaraan. Untuk lapisan pelindung tubuh, lilin dijadikan bahan campuran dasar pembuatan krem, param, dan salep.

b.       Gel Karbohidrat
Sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Salah satu senyawa pemecahan dari karbohidrat adalah pektin.
Pektin pada tanaman banyak terdapat pada lapisan kulit pada buah. Pektin dapat membentuk gel dengan bantuan adanya asam dan gula. Penggunaannya yang paling umum adalah sebagai bahan perekat/pengental (gelling agent) pada selai dan jelly. Pemanfaatannya sekarang meluas sebagai bahan pengisi, komponen permen, serta sebagai stabiliser emulsi untuk jus buah dan minuman dari susu, juga sebagai sumber serat dalam makanan. Pektin sebagai hasil industri mempunyai banyak manfaat diantaranya bahan dasar Industri makanan dan minuman, industri farmasi. Selama ini pektin sebagai bahan baku industri di Indonesia masih mengimpor dari luar negeri. Oleh karena itu untuk menghemat devisa negara dan melakukan pengusahaan mengurangi limbah kulit pisang dikawasan industri, maka bisnis industri pektin ini menjadi salah satu peluang positif. Selain itu didukung oleh wilayah Indonesia yang hampir seluruh wilayahnya ditanam pisang yang merupakan bahan baku pembuatan pektin.Pektin merupakan segolongan polimer heterosakarida yang diperoleh dari dinding sel tumbuhan darat.
Pektin banyak dimanfaatkan pada industri pangan sebagai bahan perekat dan stabilizer (agar tidak terbentuk endapan).Pektin pada sel tumbuhan merupakan penyusun lamela tengah, lapisan penyusun awal dinding sel. Sel-sel tertentu, seperti buah, cenderung mengumpulkan lebih banyak pektin. Pektinlah yang biasanya bertanggung jawab atas sifat “lekat” apabila seseorang mengupas buah. Penyusun utama biasanya polimer asam D-galakturonat, yang terikat dengan α-1,4-glikosidik. Asam galakturonat memiliki gugus karboksil yang dapat saling berikatan dengan ion Mg2+ atau Ca2+ sehingga berkas-berkas polimer “berlekatan” satu sama lain. Ini menyebabkan rasa “lengket” pada kulit. Tanpa kehadiran kedua ion ini, pektin larut dalam air. Garam-garam Mg- atau Ca-pektin dapat membentuk gel, karena ikatan itu berstruktur amorf (tak berbentuk pasti) yang dapat mengembang bila molekul air “terjerat” di antara ruang-ruang.Penggunaan pektin yang paling umum adalah sebagai bahan perekat/pengental (gelling agent) pada selai dan jelly. Pemanfaatannya sekarang meluas sebagai bahan pengisi, komponen permen, serta sebagai stabilizer untuk jus buah dan minuman dari susu, juga sebagai sumber serat dalam makanan.
c.       Gelatin
Gelatin adalah suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen kulit, tulang atau ligamen (jaringan ikat) hewan. Pembuatan gelatin merupakan upaya untuk mendayagunakan limbah tulang yang biasanya tidak terpakai dan dibuang di rumah pemotongan hewan. Penggunaan gelatin dalam industri pangan terutama ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul khususnya dalam penganekaragaman produk.
Gelatin juga merupakan derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang,dan tulang rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan kolagen, dimanaglisin sebagai asam amino utama dan merupakan 2/3 dari seluruh asam amino yangmenyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi oleh prolin dan hidroksiprolin. Berat molekul gelatin rata-rata berkisar antara 15.000 – 250.000. MenurutChaplin (2005), berat molekul gelatin sekitar 90.000 sedangkan rata-rata berat molekul gelatin komersial berkisar antara 20.000 – 70.000Gelatin terbagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan proses pengolahannya, yaitu tipe A dan tipe B. Dalam pembuatan gelatin tipe A, bahan baku diberi perlakuan perendaman dalam larutan asam sehingga proses ini dikenal dengan sebutan proses asam. Sedangkan dalam pembuatan gelatin tipe B, perlakuan yang diaplikasikan adalah perlakuan basa. Proses ini disebut proses alkali.
Gelatin larut dalam air, asam asetat dan pelarut alkohol seperti gliserol,propilen glycol, sorbitol dan manitol, tetapi tidak larut dalam alkohol, aseton, karbontetraklorida, benzen, petroleum eter dan pelarut organic lainnya. Menurut Norland(1997), gelatin mudah larut pada suhu 71,1oC dan cenderung membentuk gel pada suhu 48,9 oC. Sedangkan menurut Montero, et al. (2000), pemanasan yang dilakuka untuk melarutkan gelatin sekurang-kurangnya 49oC atau biasanya pada suhu 60 –70oC. Gelatin memiliki sifat dapat berubah secara reversible dari bentuk sol ke gel,membengkak atau mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film,mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid (Parker,1982). Menurut Utama (1997), sifat-sifat seperti itulah yang membuat gelatin lebihdisukai dibandingkan bahan-bahan semisal dengannya seperti gum xantan, keragenandan pektin. Sifat permukaan gelatin didasarkan pada kenyataan bahwa rantai samping gelatin, seperti halnya protein yang lain, memiliki gugus yang bermuatan dan bagian tertentu dari rangkaian kolagen mengandung asam amino hidrofobik dan hidrofilik. Bagian hidrofobik dan hidrofilik dapat berpindah di permukaan, sehingga mengurangi tegangan muka larutan. Pada saat yang sama, gelatin memeliki beberapa sifat melindungi stabilitas permukaan yang dibentuk. Sifat multifungsi dari gelatin ini digunakan dalam produksi dan stabilisasi buih dan emulsi. Titik isoelektrik adalah dasar yang penting dalam mempengaruhi aktivitas permukaan gelatin. Jika pH sekitar gelatin berkaitan dengan titik isoelektrik, gelatin menjadi tidak bermuatan, jika pH lebih tinggimaka akan bermuatan negative dan jika lebih rendah bermuatan positif. Dalam larutan gelatin pH berkisar 5,0 – 9,0, jika dkondisikan alkali, gelatin bermuatan negatif dan jika dikondiskan asam bermuatan positif. pH di bawah 5,0 semua tipe gelatin akan bermuatan positif dan di atas 9,0 semuanya negative.
Gelatin sangat penting dalam rangka diversifikasi bahan makanan, karena nilai gizinya yang tinggi yaitu terutama akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak. Gelatin kering mengandung kira-kira 84 – 86 % protein, 8 – 12 % air dan 2 – 4 % mineral. Dari 10 asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu triptofan.
Fungsi-fungsi gelatin dalam berbagai contoh jenis produk yang biasa menggunakannya antara lain :
  1. Jenis produk pangan secara umum: berfungsi sebagai zat pengental, penggumpal, membuat produk menjadi elastis, pengemulsi, penstabil, pembentuk busa, pengikat air, pelapis tipis, pemerkaya gizi.
  2. Jenis produk daging olahan: berfungsi untuk meningkatkan daya ikat air, konsistensi dan stabilitas produk sosis, kornet, ham, dll.
  3. Jenis produk susu olahan: berfungsi untuk memperbaiki tekstur, konsistensi dan stabilitas produk dan menghindari sineresis pada yoghurt, es krim, susu asam, keju cottage, dll.
  4. Jenis produk bakery: berfungsi untuk menjaga kelembaban produk, sebagai perekat bahan pengisi pada roti-rotian, dll
  5. Jenis produk minuman: berfungsi sebagai penjernih sari buah (juice), bir dan wine.
  6. Jenis produk buah-buahan: berfungsi sebagai pelapis (melapisi pori-pori buah sehingga terhindar dari kekeringan dan kerusakan oleh mikroba) untuk menjaga kesegaran dan keawetan buah.
  7. Jenis produk permen dan produk sejenisnya: berfungsi untuk mengatur konsistensi produk, mengatur daya gigit dan kekerasan serta tekstur produk, mengatur kelembutan dan daya lengket di mulut.
Gelatin juga banyak digunakan oleh Industri farmasi, kosmetik, fotografi,jelly, soft candy, cake, pudding, susu yoghurt, film fotografi, pelapis kertas, tinta inkjet, korek api, gabus, pelapis kayu untuk interior, karet plastik, semen, kosmetika adalah contoh-contoh produk industri yang menggunakan gelatin.
Penghias kue pada umumnya terbuat dari gum paste juga plastic icing yang mengandung gelatin. Gelatin juga tak hanya terdapat dalam gum paste sebagai penghias kue. Namun juga terdapat dalam kue puding, sirup, maupun permen kenyal. Kebanyakan merupakan produk impor. Bahkan untuk menawarkan kekentalan yang lebih tinggi produsen kecap menggunakan gelatin.
Sedangkan di bidang farmasi, gelatin digunakan sebagai cangkang kapsul. Di Indonesia, kapsul yang beredar adalah kapsul jenis hard. Kapsul ini terbuat dari gelatin, pewarna, pengawet serta pelentur. Menurut informasi yang berasal dari Badan POM gelatin yang masuk ke Indonesia bahannya berasal dari organ sapi.









IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat dari praktikum tentang pengaruh pelapisan terhadap perubahan sifat fisiko-kimia adalah:
1.      Pelapisan lilin merupakan salah satu cara untuk mempertahankan mutu sayuran segar yang dapat mengurangi laju respirasi dan transpirasi.
2.      Keuntungan bisa mencegah terjadinya penguapan air.
3.      Kerugian pada hari kedua dan ketiga kekeriputannya bertambah dan penurunan bobot hari pertama, kedua dan ketiga suhu ruang dengan suhu kulkas berbeda, tetapi warna dan kecacatan masih sama tidak ada yang berubah.
4.      Gelatin adalah protein yang dihasilkan dari hidrolisis parsial, ekstrak kolagen yang berasal dari kulit, tulang-tulang, tulang rawan ligamen dan jaringan ikat.
5.      Bahan gelatin dalam industri biasanya digunakan untuk membuat permen, obat-obatan dan lain-lainnya.
6.      Gelatin digunakan untuk menjaga buah tetap mengkilat dan licin.
7.      Emulsi lilin ini akan melapisi lentisel dan mulut daun pada jaringan tempat respirasi berlangsung.
8.      Respirasi adalah pemecahan yang melibatkan oksigen dan enzim, pati, gula, asam organik yang menghasilkan co2, h2o dan energi sehingga dapat menyebabkan proses pemasakan pada buah.
9.      Transpirasi adalah proses penguapan air yang ada didalam buah kelingkungan sekitar buah.










DAFTAR PUSTAKA
Apandi, M. 1994. Teknologi Buah dan Sayur. Alumni, Bandung.
Muchtadi, T.R. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Diktat UPG IPB, Bogor.
Pantastico, 1989. Fisiologo Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Rajawali Press, Jakarta.
Sugiyono, 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. IPB, Bogor.

Winarno, F.G. 2002. Fisiologi Pasca Panen Produk Hortikultura. M-Brio Press, Bogor.

Disk Mill

Alat pengecil ukuran ( Disk Mill )Size reduction (pengecilan ukuran) berarti membagi suatu bahan padat menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dari ukuran semula, sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan gaya-gaya mekanis. Umumnya tujuan dari size reduction adalah : memungkinkan pemisahan komponen yang tak dikehendaki dengan cara mekanik, untuk mempercepat pelarutan, mempercepat reaksi kimia, untuk memperkecil bahan-bahan berserat agar udah penaganannya, mempertinggi kemampuan penyerapan,mempercepat transportasi, dan mempermudah proses lanjut.Di dalam industri pengolahan, zat padat itu diperkecil dengan berbagai cara sesuai dengan tujuannya masing-masing. Bongkahan-bongkahan biji mentah dihancurkan supaya lebih mudah diolah pada tahap selanjutnya.
Ø  Disk Mill
Disc mill merupakan mesin pengecil ukuran yang mempunyai kemampuan menghasilkan bahan yang halus. Prinsip kerja dari mesin ini adalah sama dengan stone mill. Keduanya sama-sama memiliki dua piringan yang dipasangkan pada sebuah shaft. Kedua piringan tersebut akan berputar secara bersamaan dengan arah berlawanan sehingga akan dapat menghancurkan bahan yang digiling. Pada bagian piringan ini terdapat tonjolan-tonjolan yang berfungsi untuk menjepit bahan. Mesin ini merupakan mesin yang memiliki tipe gaya dengan penekanan. Selama proses, bahan akan mengalami gesekan diantara kedua piringan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil dan halus sampai dapat keluar melalui mesh atau saringan. Bagian-bagian dari disc mill yaitu corong pemasukkan, dinding penutup dan cakram, corong pengeluaran, ruang sirkulasi udara, dinding penutup dan cakram, serta poros penggerak. Corong pemasukan merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat masuknya bahan yang akan digiling. Pada bagian ini dilengkapi dengan katup pemasukkan untuk mengatur banyaknya bahan yang akan digiling, sehingga pergerakan cakram lancar dan proses penggilingan juga dapat berjalan lancar. Dinding penutup dan cakram berfungsi sebagai pengupas dan penghancur biji karena adanaya gerak putar dari cakram terhadap diniding penutup yang diam. Biji yang terkupas dan hancur itu merupakan akibat dari efek atrisi dan kompresi dari cakram. Selanjutnya yaitu corong pengeluaran. Corong ini berfungsi untuk mempermudah dalam mewadahi bahan keluaran.Hal ini dikarenakan bahan yang keluar merupakan bahan dengan ukuran yang kecil.  Pada disc mill juga dilengkapi juga dilengkapi dengan ruang sirkulasi udara yang berguna untuk mempermudah pemasukkan bahan dan pengeluran bahan dari cakaram penggiling. Poros penggerak dalam hal ini berfungsi untuk menggerakan atau memutar cakram pada disc mill.  Poros penggerak berfungsi untuk memutar silinder pengupas yang digerakkan oleh motor listrik dengan menggunakan puli dan belt sebagai penyalur daya. Pada poros penggerak terdapat pengunci untuk mengatur jarak antar cakram. Semakin kecil jarak antar cakram maka ukuran hasil pengolahan akan semakin halus. 

Selasa, 28 Mei 2013

Hubungan Pengemasan Terhadap Pencemaran Lingkungan



Pengemasan
Pengemasan memegang peranan penting pada proses produksi dan perdagangan hasil pertanian maupun produk agroindustri. Pengemasan selain untuk melindungi bahan atau barang (produk) yang dikemas, juga untuk memberi penampakan yang lebih menarik, sehingga memikat calon pembeli. Kemasan juga merupakan satu kesatuan, seperti satu keranjang, satu peti, satu bungkus, atau satu pak. Masing-masing memiliki bobot dan ukuran sendiri bergantung pada jenis bahan/produk dan tujuan pengemasannnya. Ada kemasan besar seperti peti dan keranjang. Ada pula kemasan kecil seperti bungkus dan pak. Pengemasan hasil pertanian ditujukan untuk membantu mencegah atau mengurangi kerusakan selama penanganan, pengangkutan dan penyimpanan. Disamping itu dapat pula untuk mencegah atau mengurangi serangan mikroba dan serangga dengan menjaga tetap bersih. Kemasan juga dimaksukan untuk melindungi bahan/barang dari kemungkinan kerusakan fisik dan mekanis (memar, lecet, pecah, belah, penyok, rusak oleh cahaya, dll).
Hampir seluruh kegiatan yang dilakukan manusia tidak luput dari menghasilkan bekas atau sisa kegiatan atau dengan kata lain adalah sampah. Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.      Kerusakan lingkungan hidup akibat peristiwa alam seperti: letusan gunung berapi,
gempa bumi, angin puting beliung.
2.      Kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia

Selain itu, setiap rumah tangga dan anggota keluarga dapat melakukan banyak hal kecil tetapi berarti bagi lingkungan, diantaranya adalah:
·         Saat berbelanja, biasakan membawa tas belanja sendiri agar tidak memerlukan tas plastik lagi.
·         Saat hajatan, arisan, jamuan atau kumpul keluarga usahakan untuk tidak menggunakan plastik/Styrofoam/kardus untuk menempatkan makanan dan minuman. Gunakanlah gelas, piring atau cangkir yang dapat dipakai berulangkali, dan jika mungkin gunakan daun untuk membungkus kue. Makan dengan cara prasmanan lebih cocok. Atau pakailah piring dari anyaman lidi daun lontar yang diberi alas kertas atau daun, sehinga dapat dipakai berulang kali.
·         Saat di kantor, hematlah kertas, dengan membiasakan memakai kertas atau fotokopi secara bolak balik. Dengan menghemat kertas, berarti kita membantu mengurangi jumlah pohon yang harus ditebang. Saat kenaikan kelas, buku-buku lama yang tidak diminati dapat diserahkan ke perpustakaan. Buku petunjuk telepon lama dapat diberikan kepada tukang sayur untuk membungkus dagangannya.
·         Kumpulkan sisa halaman dari buku tulis yang masih bersih, beri lubang, ikat dan beri sampul sehingga menjadi buku tulis yang baru.


Jenis Sampah dan Lama Hancur

Jenis Sampah
Lama Hancur
Kertas
2-5 bulan
Kulit Jeruk
6 bulan
Dus Karton
5 bulan
Filter Rokok
10-12 tahun
Kantong Plastik
10-20 tahun
Kulit Sepatu
25-40 tahun
Pakaian/Nylon
30-40 tahun
Plastik
50-80 tahun
Alumunium
80-100 tahun
Styrofoam
Tidak hancur

Sumber: Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat : Jakarta–Environmental Services Delivery Desain.


Pengemasan dan lingkungan hidup

Masalah lingkungan hidup muncul sebagai akibat perbaikan kualitas hidup dan sikap laku manusia. Karena itu adanya perhatian terhadap lingkungan hidup harus diartikan secara positif yaitu sebagai kemajuan pembangunan ekonomi. Lingkungan alam di sekeliling manusia selain sebagai tantangan juga merupakan sumber bahan-bahan yarig diperlukan untuk kehidupan. Oleh karena itu manusia dalam mempertahan kan kehidupannya di dunia ini berinteraksi dengan berbagai macam makhluk yang ada di lingkungan kehidupannya. Saling pengaruh-mempengaruhi antara masyarakat makhluk hidup dengan lingkungannya yang tidak hidup disebut suatu ekosistem. Interaksi yang tidak seimbang sebagai dampak kemajuan teknologi yang pesat akan merusak ekosistem yang pada gilirannya dapat menjadi bumerang bagi kehidupan manusia. Isu kelestarian lingkungan hidup yang berkaitan dengan pengemasan dapat dipandang dari dua segi: (1) bahan baku untuk kemasan, dan ( 2 ) limbah kemasan.

a.       Bahan Baku Kemasan
Problematika pengemasan yang dipersoalkan dalam hal penyediaan bahan baku, yaitu terutama kemasan kertas, karton dan kemasan kayu. Kertas seperti yang kita kenal saat ini dibuat pertama kali di L e i Yang, Cina pada tahun 105. Proses pembuatan kertas ditemukan oleh Ts'ai Lun, seorang pen gawal istana Ho Ti. Pada tahun 751, orang-orang muslim yang menguasai sebuah pabrik kertas Cina di Samarkand membawa rahasia pembuatan kertas ke Spanyol sekitar tahun 950, mulai menerbitkan buku pada tahun 1450, dan menerbitkan surat kabar secara teratur tahun 1609. Kardus dari karton beralur atau karton bergelombang pada mulanya digunakan untuk bebijian. Pada akhir perang dunia yang pertama, dari kotak-kotak yang beredar, 20 persen adalah kotak karton dan 80 persen kotak kayu. Tapi pada akhir perang dunia kedua keadaannya terbalik karena penggunaan kotak karton meningkat menjadi 80 persen. Pada umumnya kertas dibuat dari selulosa kayu atau merang padi. Kayu yang digunakan yaitu kayu lunak atau kayu keras. Pengambilan kayu dari hutan, bertambah kurang dari satu persen setahun, sedangkan d i negara berkenbang pemanenan kayu bertambah rata-rata 4 persen per tahun, Untuk keperluan industri produk kayu, termasuk industri pengemasan, mengkonsumsi 41 persen dari persediaan kayu dunia, selebihnya yaitu 59 persen digunakan sebagai bahan bakar (ITC, 1 9 8 6 ) .
Penebangan kayu di hutan-hutan (isu hutan tropis) memberi dampak yang hebat terhadap industri pengemasan kayu dan kertas. Oleh karena itu alternatif penggunaan bahan baku dari hutan perkebunan dan sumber lain untuk kemasan kertas dan kayu perlu digalakkan. Selain itu upaya daur ulang dari limbah kertas seyogyanya lebih diintensifkan. Di Inggris, Jerman, Prancis dan beberapa negara Eropa lainnya 35 persen bahan baku kertas berasal dari limbah kertas. Bahkan untuk karton kemasan bahan pangan lebih dari 70 persen rnenggunakan bahan baku dari limbahnya (Palling, 1980).




b.      Limbah Kemasan
Problematika limbah kemasan di Indonesia tampaknya belum menjadi isu nasional seperti di negara-negara industri maju. Penggunaan bahan kemas secara berulang(multi trip) industri tertentu atau kemasan semidipossable yang digunakan untuk kepentingan lain, besar perannya dalam rnenaggulangi masalah limbah. Adanya pemulung yang ikut memberi andil dalam proses daur ulang Kernasan plastik juga mengurangi tingkat pencemaran lingkungan. Penggunaan kertas bekas untuk kemasan yang lazim dilakukan saat ini sesungguhnya tidak dapat dijamin kebersihannya bahkan dapat menyebabkan qanqguan kesehatan. Demikian pula pemanfaatan plastik bekas untuk pembungkus makanan serinqkali diberitahakan media masa bahwa kemasan tersebut menyebabkan kasus kernatian, karena penggunaannya yang sernbrono. Limbah kemasan akan rnenjadi hal yang banyak dipermasalahkan pada waktu yang akan datang. Demikian juqa peraturan (perundang-undangan) akan menuntut masyarakat untuk menangani limbah secara baik dan benar.


Pengemasan dan pencemaran

Pencemaran yang mungkin disebabkan oleh pengemasan dapat diartikan sebagai:
(1)   pencemaran produk bahan pangan oleh kemasan
(2)   pencemaran bahan kemas oleh faktor luar
(3)   pencemaran lingkungan oleh limbah kemasan
(4)   pencemaran oleh Kloro-Fluoro-Karbon (CFC).

Tingkat pencemaran tersebut sangat beragam dari satu daerah ke daerah lainnya. Ada yang demikian hebat sehingga menirnbulkan gejolak masyarakat ada pula yang masih dalam batas-batas layak, Pencemaran ini bisa disebabkan oleh produsen kemasan dan lebih sering lagi disebabkan oleh konsumen, baik konsumsi langsung rnaupun yang tidak langsung. Kontaminasi bahan pangan oleh kemasannya dapat disebabkan dikemukakan antara lain oleh proses migrasi komponen akibat penggunaan plastik yang salah. Plastik polivinil khlorida (PVC) yang digunakan untuk bahan pangan panas mempunyai resiko melepaskan senyawa karsinogenik Atau kemasan kaleng yang cacat dapat menyebabkan tercemarnya bahan pangan oleh timah hitam, timah piltih, besi dan aluminium. Ambang batas toleransi cemaran ini telah banyak dibakukan dalam bentuk norma atau code. FAO/WHO menetapkan kandungan timah putih atau timah hitam tidak boleh melebihi 1.0 rng/kg dalam makanan. Norma lain di banyak negara menetapkan angka maksimum 0.05 mg/kg cemaran VCM, bahkan di Swedia hingga 0,01 mg/kg (Syarief dkk, 1991). Angka-angka tersebut bila diperlukan bisa diperoleh dari pedoman yang dikeluarkanoleh Codex Alimentarius Comission. Kemasan dapat pula dicemari oleh keadaan lingkungan yang tidak menunjang, terutama pada waktu penyimpanan, distribusi dan penjajaan. Misalnya saja tirnbulnya karat pada kaleng dan rusaknya label. Pencemaran lingkungan oleh limbah kemasan merupakan isu yang banyak dimunculkan akhir-akhir ini, bersamaan dengan masalah pencemaran lingkungan oleh berbagai macam limbah industri dan sarnpah rumah tangga. Produsen atau industri kemasan dituntut untuk mencari bahan baku atau membuat kemasan-kemasan tertentu yanq terdiri dari bahan organik terhancurkan secara alami atau bahan yang dapat dimakan (edible). Sedangkan para konsumen dituntut untuk lebih tertib dalam membuanq sampah. Berbagai ide untuk menangani limbah kemasan akan dibahas secara khusus pada uraian berikutnya. Penggunaan Kloro-Fluoro-Karbon sebagai propelan aerosol yang berfungsi untuk rnenyemprotkan isi kaleng secara otomatis seperti pada insektisida dan minyak wangi pernah menghebohkan para peminat lingkungan hidup.

PENANGANAN LIMBAH KEMASAN

Pada awalnya rnasalah limbah kemasan dianggap sebagai move politik saja, dan dianggap tidak ada kaitannya dengan kegiatan ekonorni. Dengan demikian, produsen atau industri kemasan seakan-akan berada di sudut yang dirugikan. Akan tetapi pandangan ini sudah mulai bergeser. Industri kemasan telah terjun secara aktif sebagai motor dan dinamisator dalam proses penanganan limbah kemasan, sehingga melahirkan kegiatan ekonomi baru yang cukup rnenarik. Seperti telah dikernukakan pada uraian sebelumnya, masalah limbah muncul sebagai dampak adanya peningkatan kualitas hidup rnanusia yang merupakan hasil peningkatan kemakmuran. Manusia menuntut hidup yang lebih layak dan bernilai estetika yang memadai. Oleh sebab itu rnasyarakat Tndonesia baik produsen, konsumen maupun penjual jasa kemasan seyogyanya sudah rnengantisipasi masalah lingkungan hidup sejak saat ini.
a.       Penanganan Sampah Secara Umum
Sampah Kemasan seperti juga sampah lainnya secara umum dibagi atas sampah terbakar dan sampah tak terbakar (botol, kaleng, beberapa jenis plastik). Selain itu dikenal juga yang disebut sampah "besar” (alat-alat elektronik, sepeda, rnebel dan sebagainya) dan sampah kecil (sampah dapur). Pemisahan sampah bisa dilakukan sejak dari tangan pertama pembuang sampah, dengan menyediakan kantung sampah (wadah) plastik yang warnanya menunjukkan jenis sampah yang dibuang. Sampah yang tak terbakar didaur ulang, sedangkan sampah terbakar di olah menjadi bentuk enersi yang lain. Berita menarik dikemukakan oleh harian Kompas 30 September 1991, bahwa retribusi sampah di Kotamadya Padang memberikan masukan sebesar Rp 700 juta sampai Rp 800 jutaper tahun. Suatu bukti bahhwa penanganan sampah untuk diproses menjadi kompos dapat rnemberikan andil yang berarti dalam pembangunan.

b.      Bank Botol
Bank botol yaitu tempat penampungan botol dan wadah gelas lainnya yang diletakkan di tempat-tempat tertentu yang strategis seperti di perempatan, pasar, terminal bus dan tempat umum lainnya. Bank botol ini dirancang sedemikian rupa sehingga menambah keindahan dan keasrian suatu kota. Masyarakat diharuskan rnembawa botol/wadah gelas kosong dan menaruh/membuangnya di bank botol yang telah disediakan. Setelah bank botol penuh kemudian diangkut ke pusat-pusat penampungan, untuk selanjutnya dibawa ke industri botol untuk dilebur sebagai cullet (calcin).

c.       Kemasan Logam
Manfaat dari penggunaan limbah kaleng untuk diubah menjadi jenis kemasan atau barang lain perlu dikaji secara seksama. Kaleng-kaleng bekas susu, kornet dan lain-lain dibuat kaleng kerupuk, kornpor dan benda-benda lain oleh para pengrajin.
Di berbagai kota besar Jepang dikampanyekan cara menarik masyarakat untuk mernanfaatkan mesill otomatis pengolah kaleng bekas minuman ringan. Mesin ini disediakan pada tempat-tempat kerarnaian umum (tempat hiburan, taman). Bagi pembuang sampah kaleng akan mendapat tukaran satu lembar kupon untuk sebuah kaleng. Setelah mencapai jumlah tertentu (4 lembar) kupon dapat ditukar dengan barang lain.

d.      Penanganan  Kertas Bekas
Kebersihhan dan keamanan bagi konsumen maka penggunaan kertas bekas (koran , majalah, buku, kantong semen) untuk mengernas makanan secara langsung sayanggnya sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. Dibeberapa  negara maju tidak dijumpai adanya penanganan kertas bekas untuk digunakan lagi secara langsung sebagai kemasan komersial. Kertas bekas dikumpulkan dengan cara membeli dari rumah ke rumah (atau perkantoran) kemudian diolah lagi menjzdi kertas kemasan atau kertas untuk penggunaan lain.

e.       Penanganan Kernasan Plastik
Upaya daur ulang limbah plastik untuk bahan kemas atau wadah lain telah dijumpai di Indonesia. Bahkan kegiatan ekonomi dalam pemanfaatan limbah plastik ini pernah menarik minat para wiraswastawan. Para pemulung plastik bertebaran dari satu ternpat sampah ke tempat sampah yang lainnya. Tampaknya kegiatan daur ulang kemasan plastik ini perlu mencapat perhatian yanq serius agar dapat memberikan manfaat yang tepat. Di Amerika Serikat plastik-plastik yanq akan didaur ulang dipisahkan dari jenis plastik yang akan dimusnakkan. Wadah pengumpul plastik bekas ini dibedakan antara yanq akan didaur ulang dan yang dimusnahkan. Sampah yang dikumpulkan kemudian diolah menjadi alat-alat tulis seperti penggaris, tempat pensil, gantungan kunci dan sebagainya, untuk dibagikan kembali kepada para langganan secara curna-cuma.

Kemasan adalah kegiatan penempatan produksi ke dalam wadah dengan segala jenis material lainnya yang dilakukan oleh produsen atau pemasar untuk disampaikan kepada konsumen.

Jenis-Jenis Kemasan
·         Kertas, Karton, Karton Bergelombang (Kemasan primer & sekunder, perkembangan relatif stabil)
·         Kemasan plastik kaku  (Kemasan primer & sekunder, perkembangan relatif stabil)
·         Kemasan Fleksibel (Kemasan primer, perkembangannya meningkat pesat.)
·         Logam  (Kemasan primer & sekunder, perkembangan menurun pesat.)
·         Gelas (Kemasan primer, perkembangan relatif stabil)
·         Karung  (Kemasan primer & sekunder, perkembangan relatif stabil)
·         DLL

Limbah adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi. Jenis-jenis limbah bermacam-macam, dari zat pembentuknya, bentuk fisiknya dan sifat berbahayanya.

Jenis limbah
Jenis-jenis limbah dari zat pembentuknya adalah:
1. Limbah organik. Limbah ini dapat terurai secara alami, contoh: sisa organisme (tumbuhan, hewan).
2. Limbah anorganik. Limbah ini sukar terurai secara alami, contoh: plastik, botol, kaleng, dll.

Jenis-jenis limbah dari bentuk fisiknya adalah:

1. Limbah padat, yang lebih dikenal sebagai sampah. Bentuk fisiknya padat. Definisi menurut UU No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Contoh: sisa-sisa organisme, barang dari plastik, kaleng, botol, dll.
2. Limbah cair. Bentuk fisiknya cair. Contoh: air buangan rumah tangga, buangan
industri, dll.
3. Limbah gas dan partikel. Bentuk fisiknya gas atau partikel halus (debu). Contoh: gas buangan kendaraan (dari knalpot), buangan pembakaran industri.

Prinsip pengelolaan limbah yang harus kita pegang adalah 3 R, “Reduce, Reuse, Recycle”.

1. Reduce (pengurangan) adalah mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya limbah. Sedapat mungkin kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang akan menghasilkan limbah. Contoh: penggunaan sapu tangan untuk menghapus keringat akan mengurangi limbah dari kertas tissue yang kita gunakan, menggunakan botol minum permanen yang sehat akan mengurangi limbah berupa gelas plastik atau botol plastik air mineral, pemilihan produk
dengan kemasan yang dapat didaur-ulang.
2. Reuse (daur pakai) adalah kegiatan penggunaan kembali limbah yang masih dapat digunakan baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain. Sedapat mungkin kita menggunakan kembali bahan-bahan yang masih memungkinkan untuk dipakai lagi. Contoh: kertas yang digunakan bolak-balik akan mengurangi limbah kertas, gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang,
3. Recycle (daur ulang) adalah mengolah limbah menjadi produk baru. Ada bahan bahan
tertentu yang dapat didaur-ulang, contoh: kertas, karton, plastik, botol, besi, berbagai limbah organik.